Itu adalah pengertian dari etika
kerja yang saya kutip dari sebuah situs ternama dan tidak diragukan lagi
keabsahannya, hehe. Sebenarnya, ada dua hal yang akan saya ingin bahas kali
ini, yaitu etika kerja dan etika profesi. Tapi saya ingin lebih membahas
mengenai etika kerja, jadi etika profesinya hanya mengenai pengertiannya saja
ya hehe.
Etika profesi ini pengertiannya
tidak jauh berbeda dengan etika kerja. Namun, untuk etika profesi, ia lebih
menjurus ke para profesional di bidangnya masing-masing. Kalau cakupan etika
kerja itu menyeluruh bagi semua orang, nah kalau etika profesi ini, lebih
kepada profesionalnya. Etika profesi atau etika profesional (professional
ethics) merupakan suatu bidang etika (social) terapan. Etika profesi berfungsi
sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani kewajiban mereka
memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi.
Etika profesi pada dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau
prinsip-prinsip etika yang telah ada ke dalam praktik kehidupan profesi. Etika
profesi dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik (code of
ethics) atau kode (aturan) perilaku (code of conducts) profesi yang
bersangkutan. Meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan
prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai
etika kerja.
Berikut perbedaannya yang dapat
disimpulkan:
Etika Kerja -> Profesional dan
Non Profesional
Etika Profesi -> Profesional
dan mempunyai keahlian khusus yang dapat dipertanggungjawabkan. Profesional
memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau pelatihan, pengetahuan,
pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari pekerja
non-profesional.
Kembali lagi ke etika kerja,
terkadang ada yang menyebutnya etos kerja. Nah, etos kerja itu sendiri kalau
menurut saya adalah bagaimana sebuah bangsa memandang atau menyikapi sebuah
pekerjaan. Dan biasanya, orang dengan etos kerja yang tinggi, menganggap bahwa
pekerjaannya merupakan hal yang sangat penting dan bekerja selalu dengan
maksimal. Sedangkan orang yang memiliki etos kerja rendah, mereka hanya
menganggap pekerjaan itu sebagai sebuah beban dan mereka tidak optimal dalam
melakukan pekerjaan mereka.
Mari kita ambil contoh negara
dengan etos kerja yang tinggi, yaitu Jepang. Rata-rata pekerja di Jepang
menghabiskan waktu mereka di kantor hingga 13 jam dalam satu hari. Mereka
memiliki pemikiran bahwa mereka harus optimal dalam bekerja. Sebenarnya, dahulu
bangsa Jepang bukanlah bangsa yang memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka lebih
suka bersantai dibanding bekerja keras. Namun, setelah mereka kalah di Perang
Dunia ke-2, mereka bekerja keras untuk membangun lagi kehidupan mereka. Mereka bekerja
dengan sangat keras untuk bertahan hidup karena di masa itu perekonomian mereka
kacau balau dan banyak sekali pengangguran. Di kondisi yang seperti itu, secara
tidak langsung menempa kedisiplinan dan membentuk etos kerja mereka yang
tinggi, yang kemudian ditularkan kepada generasi seterusnya melalui konsep
moral yang ketat dengan jalur pendidikan. Dan dengan etos kerja dan disiplin
yang tinggi tersebutlah sekarang Jepang sudah bisa disejajarkan kedudukannya
dengan negara-negara di Eropa dan dengan Amerika Serikat.
Berikut adalah prinsip-prinsip
yang dianut oleh bangsa Jepang hingga mereka menjadi seperti sekarang ini.
Prinsip Bushido
Prinsip tentang semangat kerja
keras yang diwariskan secara turun- menurun. Semangat ini melahirkan proses
belajar yang tak kenal lelah. Awalnya semangat ini dipelajari Jepang dari
barat. Tapi kini baratlah yang terpukau dan harus belajar dari Jepang.
Prinsip Disiplin Samurai
Prinsip yang mengajarkan tidak
mudah menyerah. Para samurai akan melakukan harakiri (bunuh diri) dengan
menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung. Hal ini memperlihatkan usaha
mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah perang. Kini
semangat samurai masih tertanam kuat dalam sanubari bangsa Jepang, namun
digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri, dan kehormatan bangsa
secara teguh. Semangat ini telah menciptakan bangsa Jepang menjadi bangsa yang tak
mudah menyerah karena sumber daya alamnya yang minim juga tak menyerah pada
berbagai bencana alam, terutama gempa dan tsunami.
Konsep Budaya Keishan
Perubahan secara berkesinambungan
dalam budaya kerja. Caranya harus selalu kreatif, inovatif, dan produktif.
Konsep Keisan menuntut kerajinan, kesungguhan, minat dan keyakinan, hingga
akhirnya timbul kemauan untuk selalu belajar dari orang lain.
Prinsip Kai Zen
Mendorong bangsa Jepang memiliki
komitmen tinggi pada pekerjaan. Setiap pekerjaan perlu dilaksanakan dan
diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tak
mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan
kerugian. Oleh karena itu, perusahaan di Jepang menerapkan peraturan “tepat
waktu”. Inilah inti prinsip Kai Zen: optimal biaya dan waktu dalam menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi.
Dan sebenarnya, etos kerja yang
tinggi ini sudah menjadi ‘candu’ bagi bangsa Jepang. Banyak juga sebenarnya
pekerja yang tidak melakukan apa-apa hanya duduk-duduk saja di kantor sepanjang
hari, tak mengerjakan hal penting, dan lain sebagainya hanya demi semangat
kerja tim dan dianggap memiliki etos kerja yang tinggi seperti orang-orang yang
memang memiliki etos kerja yang tinggi. Dan hal ini juga menyebabkan kurangnya
produktivitas dari pekerja tersebut.
Menurut saya sih, etos kerja itu
sebenarnya harus datang dari diri kita sendiri. Bukan karena alasan seperti
karena bangsa kita sudah terkenal dengan etos kerjanya yang tinggi, kita juga
harus bisa seperti itu, tapi dengan terpaksa. Seharusnya etos kerja yang tinggi
itu sendiri harus datang dari dalam diri kita agar apa pun yang kita kerjakan
bisa selesai dengan optimal dan kita harus mengerjakannya secara maksimal.
References:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar